* Para politisi sangat memahami kekuatan kata-kata dalam memengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Masyarakat lebih tenang bila mendengar kata aksi militer dari pada kata perang, sekalipun keduanya merujuk pada hal yang sama. Kita cenderung tidak terusik bila mendengar kata penertiban dari pada penggusuran; dan kita tidak penasaran dengan kata pemecatan secara tidak terhormat daripada jika kita mendengar hal yang sebenarnya---para anggota pasukan baku tembak dengan teman sendiri. Kita juga tidak terlalu kaget dengan headline koran pagi "Bentrokan Polisi dan Mahasiswa" daripada jika headline itu berbunyi "Dua Demonstran Tertembus Peluru Saat Aksi." Kebanyakan orang mengetahui maksud sesungguhnya dari kata-katanya, tetapi sekali lagi, mereka merespons keduanya secara berbeda. Begitulah cara kita mencerna informasi, dan bahasa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses itu.
* Bahasa juga dapat mengubah persepsi kita tentang cara kita mengingat sesuatu. Penelitian Loftus (1979)tentang kesaksian para saksi mata menunjukkan bahwa cara orang mengajukan pertanyaan sangat memengaruhi cara kita dalam mengingat rincian kejadian. Misalnya, dalam kasus kecelakaan lalu lintas, para saksi mata yang ditanyai tentang seberapa cepat laju mobil itu ketika ia menghantam mobil lain memberikan "perkiraan" yang lebih tinggi daripada mereka yang ditanya seberapa cepat laju mobil itu ketika menabrak mobil lain.
Selasa, 22 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar